Berita KPU Daerah

Generasi Milenial Jangan Cuek dengan Kepemiluan

Jepara, kpu.go.id - Apatisnya generasi muda terhadap dunia politik menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggaraan pemilu. Tantangan yang perlu dijawab dengan berbagai pendekatan mulai dari berdialog, menggunakan bahasa mereka sehari-hari, hingga melibatkannya generasi muda dalam diskursus demokrasi dan tahapan kepemiluan.

Hal itu mengemuka dalam sosialisasi pemilu berbasis pemilih pemula, yang melibatkan sekitar 400-an pelajar dari Ikatan Pelajar NU dan Ikatan Pelajar Putri NU Cabang Jepara di Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unisnu, Sabtu (19/1/2019). Acara ini terselenggara kerjasama KPU Jepara dengan IPNU-IPPNU yang pada saat bersamaan menggelar konferensi cabang untuk memilih ketua baru.

Anggota KPU Jepara Muhammadun mengawali diskusi dengan membedah beberapa riset perilaku milenial di Amerika Serikat, Eropa dan Indonesia. Termasuk membedah bagaimana saluran-saluran komunikasi yang dominan digunakan anak-anak muda atau remaja dalam berinteraksi dan bersosialisasi. “Konektivitas generasi milenial dengan internet menciptakan kontadiksi-kontradiksi. Di satu sisi mereka responsif dan cepat tanggap terhadap situasi lantaran cepat mendapatkan informasi, namun di sisi lain, saat mencoba masuk ke ruang media sosial, salah satu dunianya, mereka disuguhi suasana yang tak sehat dan berbau fanatisme berlebihan,” kata Muhammadun.

Menurut dia media sosial sebagai ruang publik dapat menjadi saluran gagasan untuk berdiskusi tentang kepemiluan yang positif. Demokrasi digital harus menginspirasi generasi milenial terutama banyak waktu generasi muda dihabiskan untuk berselancar di media sosial dengan berbagai macam platform. “Kami rasa ini tugas bersama, termasuk kami dari KPU yang siap terus berdialog dengan anak-anak muda dalam hal kepemiluan atau demokrasi. Pada pemilu 2019, partisipasi dibuka lebar, misalnya KPPS bisa berusia 17 tahun,” ucap Muhammadun.  

Di Jepara sendiri dari 876.490 yang memiliki hak pilih, sebanyak 3,41 persennya berusia 17-18 tahun, 4,64 persennya berusia 19-20 tahun dan 21,59 persen berusia 21-30 persen. “Jadi hampir 30 persen pemilik hak pilih di Jepara adalah generasi milenial,” tambah Muhammadun.

Salah seorang pelajar asal Desa Nalumsari, Musthofa, berpendapat, tidak semua generasi milenial apatis terhadap proses-proses demokrasi. Banyak, lanjut dia, yang terlibat secara aktif. Namun dia juga tidak memungkiri ada yang enggan atau tidak tertarik dengan diskusi demokrasi, terlebih terlibat dalam proses kepemiluan.

Pelajar asal Desa Plajan Kecamatan Pakis Aji, Rusmina menengarai, kecenderungan apatisme generasi milenial terhadap proses demokrasi, boleh jadi karena mereka tak suka atau jengah dengan konten-konten di media media sosial yang di antaranya banyak memperlihatkan suasana tak sehat.

Sementara pelajar asal Desa Slagi Kecamatan Mlonggo Dwi Rohman Wahyudi, berpandangan, generasi milenial sebenarnya memiliki keinginan untuk masuk dalam wacana demokrasi namun belum memiliki kanal-kanal yang tepat dan bisa memenuhi selera dan kebutuhan mereka. (Muh/kpujepara/ed diR)

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 221 kali